Ya Jou, badai dunia menerpaku
kaku langkahku
rapuh melangkah
kepada-Mu
terjebak selalu pada eksistensi keegoisanku
terpenjara pada pengetahuanku
Jauh pandang mencari-Mu
padahal dekat-Mu memenuhiku
bersemayam dan berkedudukan dalam diriku
Ya Jou, hingga hari mulai senja
masih kucicip manis kebathilan
masih kuhirup udara kemaksiatan
padahal kasih-sayang-Mu sungai tanpa muara
dalam hidup matiku mengalir senantiasa
Ya Jou, padaku tancapkan pisau cinta-Mu
Padaku siramilah anggur kenikmatan
Matikanlah aku dalam samudera Ar-Rahimmu
Jogja-2012
Rachmat Marsaoly
[1] Jou, dalam bahasa daerah orang Halmahera (Maluku) berarti Tuhan